INFO NEWSpkhngawi@gmail.com

Kantor Kementerian Koordinator Bidang Kesra
Headline News

Menko Kesra: Penyaluran Raskin Mencapai 97,75%
KESRA-- 29 DESEMBER: Realisasikan penyaluran program beras untuk warga miskin (raskin) secara nasional telah mencapai 97,75% walau penyaluran mulai dilaksanakan pada akhir Pebruari 2009 atau awal Maret 2009.

Depag:Tayangan Infotainmen perlu Dibenahi
KESRA-- 27 DESEMBER: Departemen Agama (Depag) memandang perlu adanya pembenahan dan perbaikan terhadap tayangan-tayangan infotainment.

Menteri Agama Dukung Fatwa Haram Intertainmen Gosip
KESRA-- 26 DESEMBER: Menteri Agama Suryadharma Ali mendukung fatwa haram terhadap tayangan infotainment yang dikeluarkan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). MUI juga mengharamkan infotainmen gosip.

Wapres: UN Masih Diperlukan
KESRA-- 26 DESEMBER: Wakil Presiden (Wapres) Boediono menegaskan ujian nasional (UN) masih sangat diperlukan untuk mengurangi kesenjangan fasilitas dan kualitas pendidikan di seluruh daerah di Indonesia.

Uskup Agung Ajak Umat Beragama Menjaga Perdamaian
KESRA-- 25 DESEMBER: Uskup Agung Jakarta, Julius Kardinal Darmaatmadja menyatakan apresiasinya atas perayaan Natal yang berlangsung damai. Uskup menilai hal itu berkat dukungan pengamanan dari pihak kepolisian dan masyarakat.

Sebanyak 206 KK Korban Tsunami Belum Dapat Rumah
KESRA-- 24 DESEMBER: Sebanyak 206 Kepala Keluarga (KK) korban tsunami di Desa Ulee Lheue Kecamatan Meuraxa Kota Banda mengaku belum mendapatkan rumah bantuan meskipun musibah tersebut terjadi lima tahun lalu.
Mendiknas Yakin PKH Bisa Kurangi Angka Putus Sekolah Buat halaman ini dalam format PDF Cetak halaman ini
KESRA-- 20 SEPTEMBER: Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Bambang Sudibyo, di Jakarta, Rabu, menyampaikan keyakinannya bahwa Program Keluarga Harapan (PKH), pengganti program Bantuan Langsung Tunai (BLT), bisa mengurangi angka putus sekolah di Indonesia.

Penyataan itu disampaikan Bambang selepas rapat koordinasi tingkat menteri tentang pelaksanaan Wajardiknas (wajib belajar pendidikan nasional) dan realisasi Inpres No. 5 tahun 2006 tentang Gerakan Nasional Percepatan Penuntasan Wajardiknas sembilan tahun dan Pemberantasan Buta Huruf (GNP PWB/PBA).

"Saya berharap banyak kepada PKH ini bisa mengatasi masalah anak putus sekolah dan menurunkan angka buta aksara," kata Bambang.

Menurut dia, PKH adalah bantuan pemerintah kepada masyarakat miskin yang bersyarat pendidikan dan kesehatan, "Sehingga keluarga yang anaknya usia sekolah tapi tidak sekolah bisa dibantu agar tetap bisa bersekolah." PKH pertama kali diluncurkan secara nasional di Gorontalo pada akhir Juli 2007.

Berbeda dengan SLT, PKH akann lebih difokuskan kepada aspek kesehatan, gizi, dan pendidikan. Secara finansial setiap rumah tangga sangat miskin (RTSM), akan menerima bantuan Rp600.000-Rp 2.200.000 per tahun yang diberikan tiap tiga bulan.

Komponen bantuan terbagi menjadi bantuan tetap Rp200.000, bantuan bagi RTSM yang memiliki anak balita Rp800.000, ibu hamil/menyusui Rp800.000, anak usia SD/MI (Rp400.000), dan RTSM yang memiliki anak usia SMP/MTs Rp800.000.

Program ini mulai diujicobakan pada tahun 2007 dengan anggaran Rp4 triliun, dan membidik 500.000 rumah tangga sangat miskin (RTSM) yang tersebar di tujuh propinsi; DKI Jakarta (tepatnya Jakarta Utara, Jawa Timur, Jawa Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), Gorontalo, Sulawesi Utara, dan Sumatera Barat.

Agar bisa mendapatkan dana PKH, rumah tangga sangat miskin peserta harus menunjukkan upaya peningkatan status kesehatan ibu hamil dan anak serta mengusahakan peningkatan pendidikan anak.

PKH merupakan program lintas sektor, karena pelaksanaannya melibatkan berbagai sektor dan tingkatan pemerintahan, yaitu: Menko Kesra, Bappenas, Departemen Sosial, Departemen Kesehatan, Departemen Pendidikan Nasional, Departemen Agama, dan Departemen Komunikasi dan Informatika.

Pelaksanaan PKH juga didukung oleh BPS untuk penyediaan data penerima dan PT Pos Indonesia untuk sistem manajemen informasi pembayaran.

Menurut data Depdiknas, pemerintah saat ini belum bisa memenuhi target menurunkan angka putus sekolah di Indonesia.

Target siswa SD yang putus sekolah 2,58 persen ternyata belum bisa dicapai, karena hingga tahun 2007 angkanya masih berada di kisaran 3,01 persen.

"Sementara angka putus sekolah di tingkat SMP saat ini adalah 2,1 persen, di atas target kita yang 1,18 persen," kata Bambang.

Dalam program Wajardiknas dan mengurangi angka putus sekolah, pemerintah telah menerapkan beberapa metode antara lain program pembiayaan sekolah buat pelajar miskin, kejar paket A dan paket B, SMP Terbuka, BOS (Bantuan Operasional Sekolah), dan beasiswa lewat Program Keluarga Harapan (PKH), (ROL/PD)


Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat
Jl. Medan Merdeka Barat No. 3 Jakarta Pusat
345 9444

0 Response to "INFO NEWSpkhngawi@gmail.com"

Posting Komentar

powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Converted by BloggerTheme